Maya (ex-QA) pernah menyatakan “gunalah bahasa hati (or bahasa jiwa?), kerana ianya senang difahami dan digunapakai”. Pada masa itu, saya kurang memahami kerana berasakan logik lagi senang difahami dari bahasa berbunga-bunga. Itu tanggapan saya pada pasa itu.
Sejak kebelakangan ini, bila banyak perkara (terutama yang negative) didalam diri, perasaan amarah, tidak puas hati, benci, rasa geram semua ada. Banyak masalah yang kita hadapi yang tidak seharusnya diselesaikan dengan menghamburkan emosi, namun kita lebih suka melakukannya dengan kemarahan.
Dalam hidup kita sehari-hari yang penuh dengan tuntutan dan ketegangan , banyak hal dan masalah yang terpaksa diselesaikan dengan kemarahan. Kerana terkadang kita merasa itu pantas dan harus dilakukan, sehingga pertengkaran menjadi hasilnya.
Kita hidup lebih banyak menggunakan pikiran dan perasaan, jarang diseimbangkan dengan hati yang seharusnya mampu menjadi perantara untuk mendamaikan. Pikiran dan perasaan lebih mendahului yang terwujud dalam perbuatan tanpa hati sempat untuk berperanan.
Oleh itu kehidupan kita menjadi lebih panas oleh emosi - emosi sehingga banyak pertengkaran dan pertikaian terjadi tanpa henti seperti antara suami isteri, saudara, teman dan tetangga. Sering terjadi permasalahan dan selalunya, diselesaikan melalui pertengkaran karena masing-masing tidak mampu mengendalikan emosinya.
Demikian bila emosi yang lebih menguasai diri kita. Selain merugikan orang lain, sudah semestinya merugikan diri sendiri. Masalah memang akan datang kehidupan kita. Setiap hari pasti akan menghadapinya. Lebih baik dan bijak bila setiap masalah yang datang mampu kita menghadapinya dengan bahasa kebaikan daripada bahasa emosi.
Dengan berbicara dengan bahasa kebajikan, saya percaya akan lebih banyak masalah yang akan dapat diselesaikan. Untuk itu, sebuah kerendahan hati sangatlah diperlukan.
Semoga kita masih memiliki kerendahan hati itu!
No comments:
Post a Comment